saat air bertemu batu karang, air selalu menang. Bukan karena kekuatannya, melainkan karena keuletan dan kegigihannya

Thursday, March 11, 2010

(cerpen-1)

LELAKI YANG TAK PERNAH BERTEPI
Pagi ini kubuka mata menatap indahnya dunia di pagi hari. Terdengar kicauan burung-burung bernyanyi dengan indahnya. Pagi yang cerah.
Kesegaran udara di pagi ini membangkitkan semangatku untuk kembali bekerja. Kulangkahkan kaki dengan mantap, semantap tekadku untuk mempersunting seorang gadis manis bernama “Diana”. Gadis cantik nan ramah yang telah memikat hatiku. Aku telah mengenalnya sejak 6 tahun yang lalu. Dan sejak saat itu, aku ingin ia menjadi pendamping dalam hidupku.
          Hidup memang bagaikan fenomena arus jeram. Kenyataan memang tak semudah apa yang aku bayangkan. Begitu banyak rintangan yang harus aku hadapi untuk meminangnya. Namun aku hampir tak pernah gentar sedikit pun. Aku akan meluluhkan hati orang tuanya agar mau merestui hubungan kami.
          Hubungan kami berjalan sangat biasa, seperti tak ada apa-apa. Kami jalani semuanya bagai air yang mengalir dari hulu ke hilir sungai. Bertemu pun kami tidak sering, mungkin hanya dua sampai lima kali dalam setahun. Tapi walau demikian, aku yakin kami saling mencintai dan suatu saat dia akan menjadi milikku.
Hari demi hari berjalan secara biasa. Detik demi detik yang aku lalui bagaikan sebuah misteri yang sulit diungkapkan. Hingga sampai aku dibawa pada suatu hari yang tak sanggup kiranya aku jalankan. Hari dimana aku dikabarkan bahwa Diana akan menikah. Ya, menikah, bukan denganku tapi dengan orang lain yang tak ku kenal. menggelegar rasanya di telingaku, aku tak percaya. Ini terasa bagaikan dalam realita dan mimpi. Lemas sudah semua tubuhku bagaikan tak berdaya. Sia-sia rasanya penantianku selama 6 tahun ini.
Ku lari ke pantai mengejar bayangan gadisku. Ku telusuri hutan belantara mencari jejak gadisku yang telah pergi. Nihil, tak kutemukan satu pun jejak kakinya. Janur kuning telah melambai, kini ia telah menjadi milik orang lain. Jangankan memilikinya, membayangkannya saja aku sudah tidak berhak. Betapa teganya gadis itu. Meninggalkan aku dalam kesendirian. Ia pergi tanpa sepatah kata pun. Sakit sekali rasanya hati ini. tak akan pernah aku lupakan sakit hatiku seumur hidup.
***
Berlalu sudah semuanya. Bayangan Diana kian hari kian menipis dari ingatanku. Akhrinya bisa juga aku enyahkan gadis itu dari hidupku. Kesibukan pekerjaanku sehari-hari, telah membantuku untuk melupakannya.
Pencarianku mendapatkan seorang pendamping hidup terus berjalan. Seiring dengan kesibukanku, aku terus melirik ke kanan dan ke kiri. Barangkali ada yang kurasa pas di hatiku. Wajah penuh kepercayaan diri kupasang setiap harinya. Senyuman manis dan perhatian-perhatian kecil aku bawakan selalu pada wanita yang aku targetkan.
Lelah juga rasanya melakukan pencarian ini. Bosan juga rasanya menaruh perhatian pada setiap wanita. Pekerjaan kantor semakin menuntutku untuk serius dalam bekerja. Apa harus aku hentikan semua ini?. Walalupun  memang banyak wanita yang mengejarku, tapi aku selalu tak pas dengan para wanita itu. Aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja. Mungkin aku tipe orang yang terlalu perfec dalam melakukan dan memilih sesuatu. Aku ingin semuanya sempurna dan berjalan sesuai apa yang aku kehendaki.
Akankah Tuhan ingin menghukumku seumur hidup?. Apa aku terlalu terobsesi untuk mendapatkannya?, mendapatkan pengganti seorang yang sangat aku cintai.
Mungkin sudah saatnya kubiarkan hidupku mengalir layaknya air. Namun aku akan tetap menunggu, menunggu jawaban rahasia Tuhan yang sangat berarti dalam hidup manusia, menunggu teman hidupku. Aku, tak akan pernah bertepi menjalani hidup. Karena aku adalah lelaki yang tak pernah bertepi.
 ***
          Tanggal 5 Januari 2008, berakhirlah sudah semua pencarianku. Kumatikan sudah semua harapanku yang semu, yang juga telah mematikan harapan para gadis yang pernah memujaku.
 Thank’s God,,inilah akhir dari pencariaku.