saat air bertemu batu karang, air selalu menang. Bukan karena kekuatannya, melainkan karena keuletan dan kegigihannya

Thursday, January 1, 2009

PERJALANAN SEBUAH GUCI

Suatu hari,…di dalam sebuah Mall, terdengar percakapan antara sepasang suami istri yang sedang berdiri di depan sebuah toko barang-barang antik. Istrinya berkata : “Pah,..guci yang terpajang di etalase itu sangat bagus ya!, ingin sekali aku membelinya. Namun harganya sangat mahal. Tampaknya bukan orang sembarangan yang dapat memiliki guci itu.”
Sang guci mendengar ucapan dari ibu-ibu tersebut. Kemudian ia berkata dalam hatinya : wahai nyonya..! seandainya engkau tahu siapa sebenarnya aku, pasti engkau tidak akan mengira. Dulu aku hanyalah sekumpulan tanah liat. Aku adalah tanah yang setiap harinya dinjak-injak oleh manusia. Aku sangat kotor dan menjijikan. Kemudian aku ditempa setiap harinya. Selain dinjak-injak oleh manusia, aku masih harus dipukulinya setiap hari. Kemudian aku dibentuk sedemikian mungkin, tubuhku serasa hancur. Belum cukup itu saja, aku masih harus menjalani beberapa cobaan dalam hidupku. Setelah aku dipukul dan ditempa setiap hari, aku masih harus
dimasukkan ke atas sebuah tempat yang sangat panas, aku dibakarnya. Sungguh panas dan teramat sakit. Namun, setelah itu, tubuhku diwarnainya dengan warna-warna yang sangat indah. Aku dilukisnya dengan gambar-gambar dan hiasan-hiasan yang indah. Rasanya perjalanan pahit hidupku hampir selesai. Ternyata tempaan pahit yang kemarin menyelimuti hidupku, adalah sebuah proses hidup untuk menjadikan aku sesuatu yang sangat bernilai. Sekarang aku ditempatkan di sebuah tempat yang sangat mewah, dan aku dijual dengan nilai (harga) yang sangat mahal.
“Bapak, ibu, dan seluruh umat manusia yang ada di dunia. Aku yang sekarang ini adalah hasil dari tempaan hidupku dimasa yang lalu. Janganlah kita berkecil hati menghadapi cobaan yang tidak seberapa besarnya dari siksaan neraka. Karena boleh jadi itu adalah awal dari kesuksesan kita.”

No comments:

Post a Comment